Menghalau Hoax


Dalam beberapa hari terakhir, isu hoax kembali menjadi penghias media massa, elektronik, sosial Indonesia. Polisi diberitakan telah berhasil menangkap pelaku yang diduga penyebar hoax atau berita bohong. Menurut polisi, mereka adalah jaringan besar yang beranggotakan ratusan orang dengan beragam peran. Sebuah nama kelompok pun berasosiasi dengan mereka.

Siapapun pelakunya, penyebaran hoax adalah sebuah kejahatan. Penangkapan penyebar hoax, sayangnya, tidak serta merta menghentikan hoax yang sudah menyebar. Karenanya, bagi publik, ada yang lebih penting, yaitu memahami bagaimana hoax menyebar dan strategi menghalaunya. Jawaban keenam pertanyaan berikut, berdasar beragam riset, diharapkan berandil dalam mengedukasi publik.

Pertama, mengapa kita (manusia) menyebar hoax? Riset menunjukkan bahwa banyak keputusan yang kita ambil, seringkali bukan karena rasionalitas individu, tapi berdasar narasi kelompok. Di sini, kredibilitas sumber sangat mempengaruhi interpretasi sosial atas informasi. Hal ini diperparah dengan kenyataan bahwa kita adalah pencari informasi yang bias. Mereka mencari informasi yang mendukung pandangan kita dan mengabaikan informasi yang berseberangan. Karenanya, membetulkan informasi yang salah tidak serta merta mengubah kepercayaan orang. Hasilnya adalah kamar gema, ketika informasi senada berulang dan beredar di kalangan tertutup. Di sini, biasanya terjadi eksposur terpilih terhadap informasi yang beredar dan bias konfirmasi karena kecenderungan untuk mencari informasi yang mendukung pemahaman sebelumnya.

Kedua, bagaimana hoax menyebar? Fitur berbagi sosial media merupakan sumber kuat penyebar hoax. Proses berbagi ini dapat dilakukan oleh pegiat media sosial atau bot, program yang ditujukan untuk maksud serupa. Media sosial yang difasilitasi Internet telah menghadirkan kekayaan informasi di satu sisi, memunculkan kemiskinan atensi individu atas informasi di sisi lainnya. Hal ini, sampai tingkat tertentu, akan mencegah pemilahan informasi berdasar kualitas. Informasi berkualitas rendah dan tinggi sama-sama dapat menyebar dengan cepat.

Biasanya, informasi, baik hoax atau fakta, menjadi viral tidak melalui rangkaian pertukaran informasi yang panjang antarpengguna-biasa. Dalam konteks ini, media, pesohor, atau tokoh dengan banyak pengikut dapat menyebar informasi dengan jangkauan luas memperpendek rangkaian.

Ketiga, siapa penyebar hoax? Hoax dapat disebar oleh beragam aktor: individu, organisasi bermotivasi finansial/politis, atau bahkan pemerintah/negara. Kita dapat menjadi penyebar hoax ketika ‘ringan jari’ dalam membagi informasi tanpa verifikasi. Partai politik dan simpatisannya juga tidak kalis dari potensi menjadi pelaku jika menghalalkan semua cara dalam memenangkan kontestasi. Ketika pemerintah memberikan informasi yang menutupi fakta yang ada, tidak sulit menyatakan bahwa mereka juga dalam golongan ini.

Keempat, mengapa kita percaya atau tidak hoax? Setiap dari kita mempunyai pandangan dunia yang berdasar pada konsep, kepercayaan, dan pengalaman, untuk menginterpretasikan dan menilai realitas. Jika hoax yang kita terima sesuai dengan pandangan dunia kita, maka kita akan cenderung percaya dengan hoax tersebut. Persepsi terhadap ancaman yang muncul karena hoax juga mempengaruhi tingkat kepercayaan kita.

Kelima, apa dampak hoax? Beragam dampak hoaks dapat diidentifikasi dengan mudah. Segregasi atau polarisasi sosial adalah salah satunya. Tidak sulit mencari ilustrasi kasus ini di seputar musim pemilihan kepala daerah. Sialnya, polarisasi ini juga terbawa ke dunia nyata.

Dampak buruk lain adalah terbentuknya masyakarat masokhis tuna empati yang cenderung sarkastik dan menikmati penderitaan orang lain. Ujungnya adalah tertutupnya manfaat media sosial. Keenam, apa yang bisa kita lakukan untuk menghalau hoax? Biasakan menjadi manusia yang berpikiran terbuka dan terlatih dalam diskusi yang dilandasi fakta. Pendekatan ilmiah berbasis data tanpa bias diperlukan. Selain itu, suarakan kebenaran dengan lebih lantang. Di sini, publik perlu diedukasi untuk membentuk ëketahanan informasi, bersikap kritis terhadap setiap informasi yang diterima, tidak menelannya mentah-mentah, dan tidak asal menyebarkannya. Pemahaman dan ketaatan atas nilai-nilai kemanusiaan universal yang dibawa oleh norma agama juga menjadi sangat penting. Ini adalah rem paling pakem.

Tidak ada satupun agama yang mengajarkan umatnya untuk menyebar kebencian dan berperilaku antikedamaian dengan menyebar hoax.Mari, kita bersama usung kedamaian dan kurung kebencian!

(Fathul Wahid, PhD. Dosen Program Magister Informatika Universitas Islam Indonesia. Artikel ini dimuat Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Sabtu 3 Maret 2018)

Sekilas tentang Audio Forensik


Audio forensik merupakan salah satu cabang ilmu dari Digital Forensik, Audio forensik sendiri masuk dalam jenis Multimedia Forensik yang terdiri dari Audio, Image dan Video. Subki (2018) menyebutkan bahwa Audio forensik merupakan salah satu ilmu yang mnyandingkan antara ilmu pengetahuan dan metode ilmiah dalam proses analisis rekaman suara untuk membantu dan mendukung pengungkapan suatu tindak kejahatan yang diperlukan dalam proses persidangan. Undang-undang ITE No.19 Tahun 2016 menyebutkan bahwa rekaman suara merupakan salah satu alat bukti digital yang sah dan dapat digunakan sebagai penguat dakwaan. Rekaman suara yang merupakan barang bukti digital sangatlah mudah dan rentan dimanipulasi, baik secara sengaja maupun tidak disengaja.

Audio forensik masih sangat kurang peminatnya, terbukti dari sedikitnya jurnal atau publikasi ilmiah terkait dengan audio forensik. Padahal dalam berbagai kasus yang ditangani oleh pihak berwajib yaitu kepolisian, barang bukti berupa rekaman suara sangat sering ditemukan bahkan rekaman suara itu diperoleh dari proses penyadapan. Lantas bagaimana melakukan verifikasi keaslian barang bukti tersebut?

Salah satu cara untuk memverifikasi keaslian dari barang bukti rekaman suara yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan analisis pitch, formant, graphical distribution dan spectogram Nuh Al Azhar (2011). Dengan standar minimal kata yang di analisis adalah 20 kata, yang disesuaikan dengan standar dari FBI.

Rekaman suara sendiri sangat mudah untuk dilakukan manipulasi, sebagaimana dengan barang bukti digital lainnya, misalnya menggunakan metode merendahkan pitch (low pitch) atau dengan meninggikan pitch (high pitch). Atau menggunakan aplikasi yang banyak tersebar di palystore  yaitu aplikasi voice changer atau aplikasi perubah suara.  Lawlor  dan  Fagan  (1999),  mengatakan  bahwa voice changer merupakan proses modifikasi/merubah suara    laki-laki (male) dengan teknik tertentu sehingga terdengar seperti suara perempuan (female) dan begitu juga sebaliknya.

Untuk penelitian baik publikasi ataupun tesis sangat menarik untuk membahas terkait dengan Audio Forensik ini, walaupun untuk melakukan analisis rekaman suara dibutuhkan kesabaran dan ketelitian yang ekstra agar hasil yang diperoleh maksimal.

Perbandingan Framework versi ACPO dan NIJ


Dalam dunia digital forensik, ada yang dikenal dengan istilah framework. Framework ini berguna sebagai acuan/prosedur dalam menangani suatu permasalahan. Tentu banyak jenis framework yang beredar di kalangan ahli forensik, namun ada 2 jenis framework yang menjadi acuan utama termasuk salah satunya yang menggunakannya adalah kepolisian Republik Indonesia, yaitu :

1. NIJ-Forensic Examination of Digital Evidence: A Guide for Law Enforcement
2. ACPO Good Practice Guide for Digital Evidence

Kedua framework ini sudah menjadi standar internasional yang paling banyak digunakan oleh penegak hukum, lalu apakah perbedaan dari kedua framework ini ?

Setelah kami menelaah dan membaca secara kasat mata (tidak mendalam), bentuk dari framework dari NIJ dan ACPO ini sebagai berikut:

 

Dari gambar di atas, sudah dapat dilihat perbedaan masing masing framework. Mari kita bahas satu per satu.

1. NIJ-Forensic Examination of Digital Evidence: A Guide for Law Enforcement
Dalam framework yang dikeluarkan oleh National Institute of Justice (NIJ) mirip dengan framework yang banyak beredar dikalangan ahli forensik, mulai dari:
· Policy and Procuder Development
· Evidence Assessment
· Evidence Acqusition
· Evidence Examintation
· Documenting and Reporting
Dari sinilah dapat kami mengambil kesimpulan bahwa NIJ sangat cocok untuk kasus yang Offline.

2. ACPO Good Practice Guide for Digital Evidence
Sedangkan untuk framework yang dikeluarkan oleh ACPO lebih condong ke penyelesaian kasus Online forensik, hal ini dapat dilihat dari framework pada gambar di atas, yaitu mulai dari:
· Plan
· Capture
· Analyze
· Present
Sehingga kami menyimpulkan bahwa masing masing framework memiliki keunggulan masing masing, baik framework dari NIJ ataupun ACPO sangat mungkin digunakan, untuk lebih jelasnya mungkin pembaca bisa mengunduh langsung dan menelaah kembali kelebihan dan kekurangan masing masing framework tersebut.


Pemetaan Cyber Crime Pada Media Massa (Cyber Crime Profiling)


Sebelumnya telah dijelaskan tentang bagaimana menganalis Analisis Kasus Cyber Crime Yang Terpublikasi Pada Media. Tidak jauh berbeda dengan tema tersebut kali ini akan dibahas tentang Cyber Crime Profiling yaitu memetakkan antara korban, pelaku, modus dan potensi barang bukti yang memungkinkan.

Kategori Hacker
Spesific of victim
Specific of method
Variety of victim
Specific of methods
Specific of victim
Variety of methods
Variety of victim
Variety of methods

Contoh Profiling

Kasus 1.

Bertepatan dengan hari ulang tahun kemerdekaan Malaysia yang ke-52, para hacker dan defacer Indonesia bersatu menyerang situs-situs asal Malaysia.Hacker dan defacer tersebut mengklaim telah men-deface sekira 100 situs asal Malaysia. Menurut mereka, aksi ini dilakukan untuk memberikan peringatan kepada Malaysia untuk tidak lagi mengusik kebudayaan bangsa Indonesia.”Kami memeriahkan ulang tahun Malaysia dengan cara kami sendiri, yaitu dengan melakukan mass deface terhadap situs-situs negara tersebut,” tulis seorang hacker di salah satu situs yang berhasil di-deface.Hacker-hacker tersebut mengaku berasal dari IndonesianCoder Team dan Server Is Down.Beberapa situs yang berhasil di deface adalah situs resmi Persatuan Guru-guru di Sarawak (stu.org.my), bagsmalaysia.com, globalmarine.com.my, mgpskuantan.edu.my dan puluhan situs lainnya.Dari pantauan okezone, sebagian besar situs asal Malaysia itu masih berada dalam posisi dideface. Namun ada beberapa situs yang telah berhasil diperbaiki dan dapat diakses dengan baik.

Korban : Situs resmi Persatuan Guru-guru di Sarawak (stu.org.my), bagsmalaysia.com, globalmarine.com.my, mgpskuantan.edu.my dan puluhan situs lainnya

Pelaku : IndonesianCoder

Modus : Untuk memberikan peringatan kepada Malaysia untuk tidak lagi mengusik kebudayaan bangsa Indonesia

Barang Bukti : Situs yang terkena deface

Dari pemetaan diatas maka jenis hacker yang melakukan menggunakan teknik: variety of victim (banyak korban) dengan variety of methods (dengan banyak metode)

Hal ini dapat dilihat dari jumlah korban yang cukup banyak, dan tentu setiap website memiliki kelemahan yang bebeda sehingga teknik untuk melakukan deface juga berbeda beda.


Kasus 2.

Situs pabrik semen di Indonesia sepertinya harus waspada terhadap serangan hacker yang mulai menjadikannya sebagai target serangan. Meningkatnya protes masyarakat terhadap rencana pendirian pabrik PT Semen Gresik di kawasan pegunungan kendeng, Jawa Tengah diduga menjadi alasan hacker menyerang situs pabrik semen. Kali ini, yang menjadi korban kelihaian penjahat dunia maya adalah situs milik PT Semen Tiga Roda yang beralamat di http://www.sementigaroda.com/.

Pantauan okezone Minggu (14/12/2008) menunjukkan hacker melakukan deface terhadap halaman situs tersebut. Tampilan situs tersebut berubah menjadi hitam dengan tulisan hacked yang dibentuk gambar sebuah tengkorak. Hacker juga menampilkan sebuah tulisan berisi:

Your Website Has Been Hacked by:
AGIZ Touch Your Site Greetz : Evi as My lovely gurl ^_^

Tak hanya itu, pembobol situs juga berani meninggalkan identitas e-mailnya dalam situs tersebut pada pesan yang berisi send mail to: gembelmuda@ymail.com.

Sebelumnya, beberapa komunitas hacker memang menyerukan para hacker untuk mendukung penghentian penggundulan hutan di Gunung Kendeng, yang terjadi sejak beberapa waktu lalu. Bahkan Komunitas IndoCoder Team, menyerukan slogan ‘Need Hackers Support to Stop Global Warming’ untuk menggalang hacker memprotes pendirian Semen Gresik.

Analsis

Korban : http://www.sementigaroda.com/.

Pelaku : gembelmuda@ymail.com.

Modus : untuk mendukung penghentian penggundulan hutan di Gunung Kendeng, yang terjadi sejak beberapa waktu lalu

Barang bukti : email pelaku ( gembelmuda@ymail.com. ) situs (http://www.sementigaroda.com/. )

Dari pemetaan diatas maka jenis hacker yang melakukan menggunakan teknik : specific of victim dan specific of methods.

Syarat Menjadi Seorang Saksi Ahli


Seorang ahli bisa siapa saja dengan pengetahuan atau pengalaman dari bidang tertentu atau disiplin di luar itu . Saksi ahli adalah seorang ahli yang membuat pengetahuan dan pengalaman yang tersedia ke dalam pengadilan untuk membantu memahami isu-isu mencapai suara dan keputusan.

Saksi ahli merupakan orang yang memiliki keahlian di bidang tertentu dan sudah disertifikasi oleh lembaga atau instansi baik lokal maupun internasional. Saksi ahli yang memiliki jam terbang lebih banyak akan sering digunakan oleh jaksa atau pengacara untuk diminta keterangan suatu kasus yang ada hubungannya dengan keahlian mereka. Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentan Informasi dan Transaksi Elektronik, pasal 34 ayat (5) huruf h disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “AHLI” adalah orang yang memiliki keahlian khusus di bidang teknologi informasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis maupun secara praktis mengenai pengetahuannya tersebut. (sumber : http://sharinginternetgratis.blogspot.co.id/2013/11/etika-dan-profesionalisme-saksi-ahli.html)

Selain itu, saksi ahli juga dibutuhkan untuk membentuk opini dan, jika perlu, mendukung suatu pendapat. 


Kualitas yang dibutuhkan dari saksi ahli
Saksi ahli harus independent, obyektif dan berisi. Jelas, juga, saksi ahli harus memiliki:
Pengetahuan tentang materi pelajaran pada kasus sengketa, dan biasanya berpengalaman menangani suatu sengketa.
Memiliki kekuatan penalaran analitis untuk melakasnakan tugasnya
Kemampuan untuk berkomunikasi dan opini, ringkas dan disesuaikan dengan bukti yang diberikan.
Fleksibilitas pikiran untuk mengubah opini,
Sikap cenderung menginspirasi, dipercaya, terutama ketika tampil di muka pengadilan.


Kode Etik Saksi Ahli
Sampai saat ini belum ada kode etik untuk saksi ahli secara baku yang di buat. Berikut ini adalah usulan dari kode etik yang harus dimiliki oleh seorang saksi Ahli yang bisa digunakan sebagai pedoman. (sumber : http://www.ims-expertservices.com/newsletters/feb/expert-witness-code-of-ethics.as) 

Refrensi 
1. http://www.ukregisterofexpertwitnesses.co.uk/AboutExpertWitnesses.cfm
2. http://www.ewi.org.uk/membership_directory_why_join_ewi/whatisanexpertwitness
3. http://ondigitalforensics.weebly.com/digital-forensic/kode-etik-ethics-saksi-ahli-expert-witness#.V4-wXLVlDIU
4. http://sharinginternetgratis.blogspot.co.id/2013/11/etika-dan-profesionalisme-saksi-ahli.html
 

Triage Forensics: Membantu menemukan bukti digital lebih cepat


Ketika mendengar kata Triage, apa yang ada dipikiran Anda ?

Orang biasa mungkin akan membayangkan masa perang dimana petugas medis memeriksa prajurit yang terluka untuk menentukan mana yang lebih layak untuk diselamatkan dan mana saja yang tidak mungkin untuk diselamatkan. Bagi kita seorang Komputer Forensics, mungkin memiliki gambaran yang sangat bebeda dengan orang yang awam, namun meskipun demikian tujuannya sangat mirip. Triage Forensics yang muncul sebagai alat untuk membantu peneliti menemukan bukti lebih cepat menggunakan sumber daya yang lebih sedikit dan mengurangi beban dari seorang Ahli Forensics.

Triage Forensics merupakan suatu praktek mencari komputer dilapangan yang bisa di prioritaskan sebagai bahan dalam penyelidikan. Bila barang bukti ternyata relevan dengan kejadian, maka komputer bisa dibawa ke lab dan kemudian pelaku bisa segara di tahan tanpa menunggu lama. Bila ternyata barang bukti tidak relevan maka barang bukti komputer tidak perlu dibawa ke lab atau dibiarkan saja di tempat kejadian. Manfaat dari Triage Forensics cukup banyak dan sangat efektif seperti :

Menghindari pengumpulan barang bukti berupa komputer yang bisa memakan cukup banyak ruang.
Investigator dapat memperoleh data secara real time dari tempat kejadian. Sehingga bisa memungkinkan mereka fokus melakukan penyelidikan langsung di lokasi kejadian
Investigator dapat memberikan arah penyelidikan yang lebih jelas dan memungkinkan mereka untuk membangun kasus lebih cepat.

Selama beberapa tahun terakhir banyak terjadi pergeseran alat yang digunakan untuk melakukan Triage Forensics. Pada awal-awal komputer Forensics, alat Triage dikembangkan untuk para ahli Forensics. Alat-alat yang rumit ini membutuhkan seorang operator yang ahli dalam pengoperasiannya. Namun, karena anggaran terus dipotong, jumlah ahli Forensics yang terjun langsung untuk melakukan Triage semakin berkurang. Untungnya, banyak alat-alat baru telah diperkenalkan, dirancang khusus untuk para non-ahli. Alat-alat ini memungkinkan seorang awam untuk melakukan berbagai tugas Triage di lapangan dengan mengikuti beberapa petunjuk sederhana. Produk baru ini mengubah wajah Triage Forensics. Dengan begitu banyak peralatan yang tersedia, seorang bisa memilih dari mana memulai melakukan penyelidikan !

Pentingnya Penerapan Triage Forensics

Kebanyakan investigator lapangan, responden pertama dan detektif mematuhi mantra, "merebut segalanya dan di atas semua, jangan sentuh komputer, membiarkan para ahli mencari tahu." meskipun metodologi ini bekerja dengan baik. Namun, karena teknologi terus berkembang, besarnya perangkat dan data yang disita melanda ahli Forensics. Untuk membendung masalah ini, kita harus memulai merubah mentalitas mereka di lapangan.

Untuk memulai, disarankan agar beberapa personil lapangan dipilih sebagai "juara triage." Juara Triage akan mempromosikan penggunaan solusi Triage ke lembaga mereka dan mereka sangat berharga untuk keberhasilan adopsi Triage.

Tantangan komunitas investigasi digital dalam hal Triage adalah menghadapi tradisi. Metodologi pencarian selama ini telah mengakibatkan banyaknya tumpukan laptop, deretan desktop, tas hard drive menunggu lebih lama untuk analisis. Proses ini tidak bisa dilanjutkan. Sebagai seorang ahli, kita harus merangkul Triage, mempromosikannya, sehingga dari waktu ke waktu proses dapat berubah. Proses penangkapan pelaku kejahatan bisa dilakukan lebih cepat.

Diterbitkan di Keamanan Publik IT, November / Desember 2010

Infographic How to Crime Analisys for Digital Forensics






 _____________________________________________________________________________

Rerfrensi 
Real world cyber crime cases (https://dict.mizoram.gov.in/uploads/attachments/cyber_crime/real-world-cyber-crime-cases.pdf)